Anak-anak mulai memecahkan masalah dengan “percobaan dan kesalahan” mulai sejak berumur beberapa bulan. Kegiatan mengajar, seperti mencari jumlah dari 48 +96, kadang-kadang disebut masalah. Latihan berhitung bukan meerupakan masalah. Suatu masalah terjadi ketika seseorang menginginkan untuk mencapai suatu tujuan, tapi tidak dapat segera mencapai tujuan tersebut. Pemecahan masalah kemudian menjadi proses untuk mencapai tujuan tersebut dan mencapai tujuan tersebut. Setiap tindakan pada pemecahan masalah menggunakan suatu proses. Fokus dasar dalam mengembangkan pemecah masalah harus mengajarkan pada proses, dan bukan untuk mencari solusinya (yang hanya merupakan hasil akhir dari proses pemecahan masalah). Keterampilan berhitung yang siswa kembangkan selama di sekolah dasar adalah alat sederhana yang dapat digunakan dalam proses pemecahan masalah. Karena keterampilan adalah pengenalan terbaik saat digunakan dalam konteks pemecahan masalah. Motivasi untuk belajar bagaimana menghitung harus dimulai dari konteks masalah. Aplikasi dari keterampilan berhitung, khususnya sebagai alat untuk pemecahan masalah, harus kembali menjadi fokus utama dalam belajar selama pengembangan keterampilan berhitung. Jika seorang anak menjadi seorang yang ahli dalam berhitung, tapi tidak dapat menggunakan ketrampian yaitu untuk memecahkan masalah, maka anak tersebut hanya mempela1ari sedikit dari nilai praktik. Dalam hal lainnya, jika seorang anak mempunyai variasi yang banyak dalam strategi untuk memecahkan masalah, tapi mengalami kesulitan/lemah dalam berhitung, maka anak tersebut dapat mengatasi kekurangan tersebut dengan menggunakan kalkulator atau program mikrokomputer. Continue reading